
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa pada tahun 2025, sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami musim hujan yang normal.
Prediksi ini tentu menjadi kabar baik bagi sektor pertanian, pengelolaan sumber daya air, dan berbagai aktivitas yang bergantung pada kondisi cuaca.
Menurut BMKG sebagaimana dilansir Benihpratiwi, pola cuaca dan curah hujan pada musim hujan tahun 2025 diperkirakan tidak akan mengalami anomali ekstrem seperti kekeringan berkepanjangan atau hujan lebat yang menyebabkan banjir besar. Dengan kata lain, curah hujan diperkirakan berada dalam rentang normal yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman serta menjaga keseimbangan ekosistem.
BMKG menyebutkan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia akan menerima curah hujan sesuai dengan pola musiman, dengan intensitas yang cukup untuk menjaga ketersediaan air di waduk, sungai, dan tanah pertanian.
Musim hujan yang normal menjadi sinyal positif terutama bagi para petani. Curah hujan yang cukup dapat memastikan keberhasilan tanam padi, jagung, sayur-sayuran, dan tanaman pangan lainnya. Selain itu, kondisi ini membantu menghindari kekeringan yang bisa merusak tanaman atau menyebabkan gagal panen.
Selain sektor pertanian, musim hujan yang stabil juga penting untuk menjaga kelangsungan ekosistem air tawar dan mencegah kekeringan di wilayah-wilayah rawan seperti daerah-daerah dataran tinggi dan daerah yang selama ini mengalami defisit air.
Di Sumatera Utara, berdasarkan data pengamatan curah hujan dari beberapa stasiun BMKG di Sumatera Utara, sebagaimana dilansir Antara edisi 14 Juli 2025 mencatat intensitas hujan berada pada kategori sedang hingga lebat dengan durasi yang cukup lama disertai angin yang cukup kencang. Meski juga mengeluarkan peringatan dini peluang cuaca ekstrim di beberapa wilayah Sumatera Utara.
Nilai intensitas hujan tertinggi tercatat di pos hujan Stasiun Geofisika Deli Serdang sebesar 142 mm, pengamatan dari BBMKG Wilayah I Medan sebesar 67,5 , serta pengamatan dari Stasiun Klimatologi Sumatera Utara sebesar 76.8 mm.
Sementara, nilai kecepatan angin maksimum tertinggi tercatat di Stasiun Meteorologi Aek Godang sebesar 30 m/s2.
Berdasarkan analisis kondisi atmosfer, fase MJO (Madden Julian Oscillation) beberapa hari terakhir berada pada fase 4, didukung oleh aktifnya gelombang atmosfer yaitu gelombang Kelvin dan gelombang Rossby.
Selain itu, terdapat juga pengaruh dari monsun asia yang membawa massa udara lembab dari Laut China Selatan dan Samudra Hindia Barat Sumatera Utara
Selanjutnya, analisis pola angin menunjukkan adanya sirkulasi siklonik di wilayah Pantai Barat Sumatera Utara dan adanya konvergensi angin yang terjadi tepat di wilayah Sumatera Utara.
Faktor-faktor ini meningkatkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai angin kencang dalam durasi yang cukup panjang hampir di seluruh wilayah Sumatera Utara.
Berdasarkan pantauan citra radar selama satu minggu terakhir, terlihat adanya pertumbuhan awan signifikan dari siang hingga dini hari.
Untuk lima hari ke depan hingga 17 Juli 2025, pola cuaca diperkirakan akan tetap sama seperti kondisi sekarang terutama untuk wilayah Langkat, Deli Serdang, Karo, Kota Binjai, Medan, Gunung Sitoli, Nias, Nias Barat, Nias Utara, dan Nias Selatan.
Kondisi yang sama juga dapat terjadi di Kabupaten Pakpak Bharat, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Mandailing Natal, Humbang Hasundutan, Sibolga, Serdang Bedagai, Tebing Tinggi, Simalungun, Toba, Kabupaten Samosir dan Kabupaten Dairi. (01/benihpratiwi/antara)